Kamis, 28 April 2011

Aspek Gaya Kepemimpinan


Aspek Gaya Kepemimpinan.
Firman Allah SWT, dalam surat Al-Fath (48) ayat 29 : setiap pemimpin akan berhasil memimpin suatu organisasi secara efektif  bilamana ia memenuhi syarat-syarat, yaitu  :
1.      mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan mencarikan cara-cara pemecahan setiap persoalan yang mengandung kelengkapan dan syarat-syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan,
2.      mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang-ambingkan oleh perubahan suasana yang senantiasa berganti-ganti dan dapat memisahkan antara mana yang soal pribadi, soal rumah tangga, dan mana soal organisasi,
3.      mempunyai kepandaian dalam menghadapi manusia dan mampu membuat bawahan merasa betah, senang, dan puas dengan dan dalam pekerjaan,
4.       mempunyai keahlian untuk mengorganisasi dan menggerakkan bawahan secara bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggungjawab dan wewenang akan didelegasikan,
5.      mempunyai keterampilan manajemen untuk menghadapi persoalan masyarakat yang semakin maju.
Sementara Ki Hajar Dewantoro, merumuskan tiga langkah laku kempimpinan yaitu :
1.      ing ngarso sung tulodo, yang berarti kalau  pemimpin itu berada di depan, ia memberikan teladan,
2.      ing madyo mangun karso, yang berarti bilamana pemimpin berada di tengah, ia membangkitkan tekad dan semangat, dan
3.      Tut Wuri Handayani, yang berarti bilamana pemimpin itu berada di belakang, ia berperanan  kekuatan pendorong dan penggerak.
Dalam pendekatan perilaku kepemimpinan ada beberapa teori yang dapat dipakai sebagai acuan atau rumusan untuk mengukur kepemimpinan yang efektif, yaitu  :
a)    Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
McGregor menyimpulkan sekumpulan anggapan kepemimpinan yang efektif yang saling berlawanan dari perilaku manajer dalam industri, sebagai berikut :
Anggapan-anggapan Teori X :
1)     Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.
2)     Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3)     Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggungjawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.
Anggapan-anggapan Teori Y :
1)         Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain dan istirahat.
2)         Pengawasan dan ancaman hukum eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.
3)         Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.
4)         Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggungjawab.
5)         Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
6)         Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.

Tidak ada komentar: