Jumat, 29 April 2011

Pendekatan Kepemimpinan Berdasarkan Teori Situasional


Pendekatan Kepemimpinan Berdasarkan Teori Situasional


Pendekatan kontigensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai teknik manajemen yang paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan mungkin bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda.

Efektivitas kepemimpinan seseorang pada tingkat yang sangat dominant ditntukan oleh kemampuannya untuk membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan dengan gaya kepemimpinannya sedemikian rupa agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi yang dihadapi.

Ada tiga pandangan tentang kepemimpinan situasional.
1.       Teori yang dikembangkan oleh Hersey dna Blanchard
Teori kepemimpinan situasional (Situasional leadership theory ), yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaannya, pengalaman kemampuan dan kemauan dari bawahan mereka yang terus berubah.
Faktor-faktor dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan difokuskan pada  : (1) tuntutan tugas, (2) harapan dan tingkah laku rekan setingkat, (3) karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan, dan  (4) budaya organisasi dan kebijakannya.
2.      Teori yang dikembangkan oleh Fiedler
Fiedler, mengemukakan bahwa cukup sulit bagi seorang manajer untuk mengubah gaya manajemennya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya organisasnya, seorang manajer cenderung tidak fleksibel dan mengubah gaya manajerial tidak efisien dan tidak ada gunanya.

Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai ( LPC = Least Preferred Co-Worker ).

Menurutnya, seseorang yang menceritakan rekannya yang paling tidak disukai dengan cara yang relatif menguntungkan cenderung menjadi orang yang suka memberi kebebasan, berorientasi pada hubungan antar manusia dan memperhatikan perasaan anak buahnya, tetapi seseorang yang menceritakan tentang rekannya yang paling tidak disukai dengan cara yang merugikan ini dikatakan mempunyai penilaian LPC rendah. Menurut Fiedler, Manajer dengan LPC tinggi ingin mempunyai hubungan yang hangat dengan rekan sekerjanya dan menganggap penting bagi efektivitas kerja mereka secara keseluruhan. Sebaliknya gaya kepemimpinan rendah merasa bahwa kekerasan diperlukan untuk mempertahankan produksi.

Fiedler mengidentifiksi tiga macam variabel yang membentuk gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu ; (1) hubungan pimpinan dan anggota, yakni bila hubungan antara pemimpin dan anggota baik anggota telah menganggap pemimpinnya mampu, berkepribadian dan berkarakter, maka pemimpin tidak usaha mengendalikan pimpinan formal atau pangkat. (2) Struktur tugas, yakni tugas yang terstruktur adalah tugas yang prosedurnya jelas dengan petunjuk-petunjuk pelaksanaan, dan (3) posisi kekuatan pemimpin, yakni pemimpin perusahaan membawa kekuasaan dan wewenang yang sangat kuat.

Selanjutnya, Fiedler mengkobinasikan tiga variabel di atas menghasilkan 8 kombinasi atau 8 kategori, kemudian Fiedler mengadakan penelitian dengan 800 responden lebih, kategori manakah yang paling tepat dalam kondisi tertentu. Yang ditemukan adalah : (1) pemimpin dengan LPC rendah yang berorientasi pada tugas atau otoriter paling efektif dalam situasi ekstrim, yaitu situasi ketika pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar, dan (2) pemimpin dengan LPC tinggi mereka yang beorientasi pada karyawan, paling efektif pada situasi pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh sedang.

3.       Teori yang dikembangkan oleh Martin G. Evans dan RJ. House
Pendekatan jalur sasaran pada kepemimpinan didasarkan pada motivasi harapan. Martin G. Evan dan Robert J. Housee menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada imbalan dan valensi atau daya tarik imbalan itu. Evan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang imbalan yang paling mereka inginkan dan memberikan motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk memberikan fasilitas dan kondisi yang memungkinkan bagi pekerja-pekerja untuk melaksanakan tugasnya dengan menyenangkan dan bermaksud baik.

Adapun menurut Siagian (1994:129) faktor-faktor situasional yang ditemukan berpengaruh pada gaya kepemimpinan tertentu, antara lain ialah:
a)      Kompleksitas tugas yang harus diselenggarakan
b)     Jenis pekerjaan, misalnya apakah bersifat rutin atau invatif
c)      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
d)     Persepsi, sikap dan gaya yang digunakan oleh para pejabat pimpinan yang menduduki hirarki jabatan yang lebih tinggi
e)      Norma-norma yang dianut oleh kelompok kerja yang berada dibawah pimpinan yang bersangkutan
f)       Rentang kendali yang paling tepat untuk diterapkan
g)      Ancaman yang datang dari luar organisasi yang mesti dihadapi, misalnya dalam bentuk persaingan bagi suatu organisasi niaga
h)     Tingkat stress yang mungkin timbul sebagai akibat beban tugas, tanggung jawab, desakan waktu dan lain-lain
i)       Iklim yang terdapat dalam organisasi


Tidak ada komentar: