Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) Theory
Pencipta dan Sejarah Teori
Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) Theory ditemukan oleh William C. Schultz.
Teori ini ditemukan pada tahun 1960 untuk menggambarkan hal dasar mengenai perilaku komunikasi di suatu kelompok kecil. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memasuki kelompok karena adanya tiga kebutuhan interpersonal, yaitu : inclusion, control, dan affection.
Teori ini memiliki kesinambungan dari yang diuraikan oleh Cragan dan Wright bahwa ada dua dimensi interpersonal yang mempengaruhi keefektifan suatu kelompok, yaitu : kebutuhan interpersonal dan proses interpersonal yang meliputi keterbukaan (disclosure), percaya, dan empati.
Awal dari teori ini yaitu minat Schutz terhadap pembentukan kelompok-kelompok kerja yang efektif. Pengamatan yang dilakukan Schutz sangat dipengaruhi oleh karya-karya Bion (1949) dan Redl (1942) sehingga tidak mengherankan teori yang diungkapkan oleh Schutz sangat berbau psikoanalisis.
Asumsi Dasar dan Uraian Teori
Ide pokok dari FIRO Theory adalah bahwa setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara tertentu dan cara ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilakunya dalam hubungan dengan orang lain dalam sebuh kelompok. Asumsi dasar dari teori ini adalah suatu individu terdorong untuk memasuki suatu kelompok karena didasari oleh beberapa hal, yaitu :
1.Inclusion, yaitu keinginan seseorang untuk masuk dalam suatu kelompok. Dalam posisi ini, seseorang cenderung berpikir bagaimana cara mereka berinteraksi dalam lingkungan kelompok yang baru ini, seperti sikap apa yang akan saya ambil jika saya memasuki kelompok ini. Dalam situasi ini, akan ada dua kemungkinan yang akan dilakukan, yaitu bereaksi berlebihan (over-react) seperti mendominasi pembicaraan, dan bereaksi kekurangan (under-react) seperti lebih sering mendengarkan atau hanya ingin membagi sebagian kisah hidup kepada orang-orang yang dipercayai saja.
2.Control, yaitu suatu sikap seseorang untuk mengendalikan atau mengatur orang lain dalam suatu tatanan hierarkis. Dalam posisi ini pembagian kerja seperti sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang produktif. Situasi ini dapat menciptakan beberapa sikap, yaitu otokrat(sikap individu yang memiliki kecenderungan lebih kuat atau mendominasi dari pada anggota kelompok lainnya), dan abdikrat (sikap individu yang menyerah dan cenderung mengikuti apa yang dikatakan oleh individu yang mendominasi).
3.Affection, yaitu suatu keadaan dimana seseorang ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain. Dalam situasi ini, seseorang membutuhkan kasih sayang sebagai suatu pendukung dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sikap seperti ini akan menciptakanoverpersonal (suatu keadaan dalam diri individu dimana tidak dapat mengerjakan pekerjaan karena tidak adanya ikatan kasih sayang), danunderpersonal (suatu keadaan dalam diri individu dimana tidak adanya kasih sayang yang diberikan anggota lain tidak berpengaruh terhadap pekerjaannya).