Sabtu, 30 April 2011

Kepemimpinan yang baik


Kepemimpinan yang baik harus mempunyai :

1.Pengetahuan
Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesinya yang terdiri dari pengetahuan kognitif maupun skill/keterampilan. Seorang pemimpin akan dihadapkan pada situasi tertentu dimana dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelasaikan masalah. Dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki.

2. Kesadaran diri
Pemimpin yang baik harus mengenal dirinya dengan baik, diawali dengan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sehingga kekurangan tersebut dapat ditingkatkan. Perlu juga evaluasi tentang perasaan dan situasi yang berhubungan serta mekanisme koping yang dilakukan. Identifikasi koping yang dilakukan serta perbaiki koping yang destruktif atau maladaptive kearah koping yang konstruktif atau tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri dan orang lain.

3.Komunikasi
Komunikasi adalah bagian terpenting bagi kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terhadap teman maupun bawahan karena komunikasi yang baik adalah merupakan satu strategi dalam mempengaruhi orang lain.

4.Tujuan
Tujuan adalah apa yang akan diralisasikan atau arah yang akan dicapai, alasan seseorang dan merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu/ melakukan pekejaan tertentu. Seorang pemimpin harus mempunyai tujuan yang jelas yang meliputi Apa. Siapa, Kenapa dan Bagaimana. Tujuan ini kemudian harus dikomunikasikan dengan bawahan agar mereka bisa menerima, memahami dan menyetujui tujuan tersebut sehingga dapat didiskusikan bersama cara pencapaiannya.

5.Tindakan

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dan keterampilan profesionalisme yang tinggi yang dikarakteristikkan dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik. Mempunyai kemampuan perencanaan yang baik, koordinasi, evaluasi dan organisasi bawahan dengan baik sekaligus juga sebagai support sistem dan role model yang baik bagi bawahannya.

Jumat, 29 April 2011

ARTI KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses menggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan masih banyak lagi artinya :

Pengertian kepemimpinan adalah sebagai berikut :
Suatu proses mempengaruhi aktivitas orag lain atau sekelompok orang untuk bekerjasama mencapai tujuan tertentu.
Pada hakikatnya dalam kepemimpinan terdapat unsur-unsur antara lain kemampuan menggerakkan, mempengaruhi, mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi/kelompok.
 FUNGSI KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan adalah menggerakkan orang yang dipimpin menuju tercapainya tujuan. Agar dapat menanamkan kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa mereka mampu berbuat sesuatu dengan baik. Disamping itu, pemimpin harus memiliki pikiran, tenaga dan kepribadian yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar manusia.
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa seorang pemimpin yang baik, hahrus memiliki persyaratan yang dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu sifat, sikap/perilaku dan kemampuan.
1.Sifat
Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin pada umumnya ialah bijaksana, cerdas, rasional, tegas, adil, kritis, jujur, sabar, bertanggung jawab dan sebagainya.

2.Sikap/Perilaku
Disamping itu, pemimpin yang baik perlu juga menentukan/memilih sikap atau perilaku yang sesuai dengan keadaan, tetapi memiliki sikap yang tersirat dalam butir-butir Pancasila, yang harus dibina. Berikut ini kita pelajari hasil penyusunan dua pakar, yaitu Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt berupa satu model rangkaian perilaku kepemimpinan, yang dapat membantu kita dalam menentukan sikap/perilaku tertentu yang sesuai dengan keadaan. Keadaan tersebut mengacu pada kadar kemampuan pemimpin dan kemampuan orang yang dipimpin untuk bekerjasama.
Beberapa tips yang menurut saya dapat membuat / mempertahankan samangat
juang
1. Kalau Anda mempunyai kecendrungan mudah menyerah, maka langkah pertama
pertama yg paling penting adalah mengakui kelemahannya itu. Dengan
menyadarinya , Anda akan lebih siap untuk memperbaikinya.
2. motivasikanlah diri Anda untuk mengembangkan sikap pantang menyerah.
Sikap ini diperlukan untuk meraih keberhasilan dalam hidup. orang yg mudah
menyerah , frustasi dan mudah putus asa adalah orang yg gagal.
3. Arahkan mata Anda pada tujuan , bukan pada hambatan . Bila Anda memandang
pada tujuan , maka hambatan tidak akan menakutkan. Tapi sebaliknya , bila
Anda terfokus pada hambatan , Anda akan mudah kehabisan daya juang.
4. Beranilah mengambil risiko namun dengan perhitungan yg mantap , Hadapi
dan alamilah pengalaman dan petualangan baru. Keberanian yg benar bukan
berarti seperti orang yg terjun bebas ke jurang, tapi seperti orang yg
menuruninya setahap demi setahap dengan persiapan yg matang.Kalau Anda tidak
berani mengambil resiko , tentu saja Anda berada pada tempat yg aman , namun
Anda tidak akan berkembang.
5. Hadapilah semua tantangan dengan penuh keberanian. Anggaplah tantangan
sebagai “Sparring Pathner” yg akan membuat Anda semakin kuat , bukan sebagai
raksasa yg menelan Anda. Semakin banyak tantangan , semakin berani
menghadapinya, maka semakin terbentuk karakter yg kuat.
6. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Anda tidak akan berhasil
bila pada usaha Anda mengalami kegagalan. Belajarlah daridari kegagal itu
agar didapat gambaran yg lebih baik lagi.
7. Teruslah berusaha, terkamlah segala kesempatan yg ada , karena kesempatan
itu tak datang untuk kedua kalinya !, tidak ada pendobrak kegagalan yg
sekuat nilai “kegigihan dan pantang menyerah” . Ingatlah filsofi air yg bisa
melubangi batu dengan tetesan yg terus terus-menerus.
8. Imbangi kegigihan Anda dengan pemikiran yg kreatif. Bila perjalanan Anda
terhalang oleh batu cadas , Anda tidak perlu membenturkan kepala Anda untuk
membuktikan bahwa Anda pantang Menyerah. Berhentilah sejenak dan pikirkanlah
bagaiman cara mengatasinya. carilah jalur alternatif !
9. Jangan terpengaruh oleh kegagalan orang lain, tapi biarlah keberhasilan
orang lain memotivasi kita. Belajarlah dari kegagalan dan kesalahan orang
lain tanpa hrus mengalaminya sendiri. Dengan cara itru Anda menghemat banyak
sekali waktu dan energi Anda yg sangat berharga.

Pendekatan Kepemimpinan Berdasarkan Teori Situasional


Pendekatan Kepemimpinan Berdasarkan Teori Situasional


Pendekatan kontigensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai teknik manajemen yang paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan mungkin bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda.

Efektivitas kepemimpinan seseorang pada tingkat yang sangat dominant ditntukan oleh kemampuannya untuk membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan dengan gaya kepemimpinannya sedemikian rupa agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi yang dihadapi.

Ada tiga pandangan tentang kepemimpinan situasional.
1.       Teori yang dikembangkan oleh Hersey dna Blanchard
Teori kepemimpinan situasional (Situasional leadership theory ), yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaannya, pengalaman kemampuan dan kemauan dari bawahan mereka yang terus berubah.
Faktor-faktor dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan difokuskan pada  : (1) tuntutan tugas, (2) harapan dan tingkah laku rekan setingkat, (3) karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan, dan  (4) budaya organisasi dan kebijakannya.
2.      Teori yang dikembangkan oleh Fiedler
Fiedler, mengemukakan bahwa cukup sulit bagi seorang manajer untuk mengubah gaya manajemennya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya organisasnya, seorang manajer cenderung tidak fleksibel dan mengubah gaya manajerial tidak efisien dan tidak ada gunanya.

Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai ( LPC = Least Preferred Co-Worker ).

Menurutnya, seseorang yang menceritakan rekannya yang paling tidak disukai dengan cara yang relatif menguntungkan cenderung menjadi orang yang suka memberi kebebasan, berorientasi pada hubungan antar manusia dan memperhatikan perasaan anak buahnya, tetapi seseorang yang menceritakan tentang rekannya yang paling tidak disukai dengan cara yang merugikan ini dikatakan mempunyai penilaian LPC rendah. Menurut Fiedler, Manajer dengan LPC tinggi ingin mempunyai hubungan yang hangat dengan rekan sekerjanya dan menganggap penting bagi efektivitas kerja mereka secara keseluruhan. Sebaliknya gaya kepemimpinan rendah merasa bahwa kekerasan diperlukan untuk mempertahankan produksi.

Fiedler mengidentifiksi tiga macam variabel yang membentuk gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu ; (1) hubungan pimpinan dan anggota, yakni bila hubungan antara pemimpin dan anggota baik anggota telah menganggap pemimpinnya mampu, berkepribadian dan berkarakter, maka pemimpin tidak usaha mengendalikan pimpinan formal atau pangkat. (2) Struktur tugas, yakni tugas yang terstruktur adalah tugas yang prosedurnya jelas dengan petunjuk-petunjuk pelaksanaan, dan (3) posisi kekuatan pemimpin, yakni pemimpin perusahaan membawa kekuasaan dan wewenang yang sangat kuat.

Selanjutnya, Fiedler mengkobinasikan tiga variabel di atas menghasilkan 8 kombinasi atau 8 kategori, kemudian Fiedler mengadakan penelitian dengan 800 responden lebih, kategori manakah yang paling tepat dalam kondisi tertentu. Yang ditemukan adalah : (1) pemimpin dengan LPC rendah yang berorientasi pada tugas atau otoriter paling efektif dalam situasi ekstrim, yaitu situasi ketika pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar, dan (2) pemimpin dengan LPC tinggi mereka yang beorientasi pada karyawan, paling efektif pada situasi pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh sedang.

3.       Teori yang dikembangkan oleh Martin G. Evans dan RJ. House
Pendekatan jalur sasaran pada kepemimpinan didasarkan pada motivasi harapan. Martin G. Evan dan Robert J. Housee menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada imbalan dan valensi atau daya tarik imbalan itu. Evan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang imbalan yang paling mereka inginkan dan memberikan motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk memberikan fasilitas dan kondisi yang memungkinkan bagi pekerja-pekerja untuk melaksanakan tugasnya dengan menyenangkan dan bermaksud baik.

Adapun menurut Siagian (1994:129) faktor-faktor situasional yang ditemukan berpengaruh pada gaya kepemimpinan tertentu, antara lain ialah:
a)      Kompleksitas tugas yang harus diselenggarakan
b)     Jenis pekerjaan, misalnya apakah bersifat rutin atau invatif
c)      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
d)     Persepsi, sikap dan gaya yang digunakan oleh para pejabat pimpinan yang menduduki hirarki jabatan yang lebih tinggi
e)      Norma-norma yang dianut oleh kelompok kerja yang berada dibawah pimpinan yang bersangkutan
f)       Rentang kendali yang paling tepat untuk diterapkan
g)      Ancaman yang datang dari luar organisasi yang mesti dihadapi, misalnya dalam bentuk persaingan bagi suatu organisasi niaga
h)     Tingkat stress yang mungkin timbul sebagai akibat beban tugas, tanggung jawab, desakan waktu dan lain-lain
i)       Iklim yang terdapat dalam organisasi


Kamis, 28 April 2011

Aspek Gaya Kepemimpinan


Aspek Gaya Kepemimpinan.
Firman Allah SWT, dalam surat Al-Fath (48) ayat 29 : setiap pemimpin akan berhasil memimpin suatu organisasi secara efektif  bilamana ia memenuhi syarat-syarat, yaitu  :
1.      mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan mencarikan cara-cara pemecahan setiap persoalan yang mengandung kelengkapan dan syarat-syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan,
2.      mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang-ambingkan oleh perubahan suasana yang senantiasa berganti-ganti dan dapat memisahkan antara mana yang soal pribadi, soal rumah tangga, dan mana soal organisasi,
3.      mempunyai kepandaian dalam menghadapi manusia dan mampu membuat bawahan merasa betah, senang, dan puas dengan dan dalam pekerjaan,
4.       mempunyai keahlian untuk mengorganisasi dan menggerakkan bawahan secara bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggungjawab dan wewenang akan didelegasikan,
5.      mempunyai keterampilan manajemen untuk menghadapi persoalan masyarakat yang semakin maju.
Sementara Ki Hajar Dewantoro, merumuskan tiga langkah laku kempimpinan yaitu :
1.      ing ngarso sung tulodo, yang berarti kalau  pemimpin itu berada di depan, ia memberikan teladan,
2.      ing madyo mangun karso, yang berarti bilamana pemimpin berada di tengah, ia membangkitkan tekad dan semangat, dan
3.      Tut Wuri Handayani, yang berarti bilamana pemimpin itu berada di belakang, ia berperanan  kekuatan pendorong dan penggerak.
Dalam pendekatan perilaku kepemimpinan ada beberapa teori yang dapat dipakai sebagai acuan atau rumusan untuk mengukur kepemimpinan yang efektif, yaitu  :
a)    Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
McGregor menyimpulkan sekumpulan anggapan kepemimpinan yang efektif yang saling berlawanan dari perilaku manajer dalam industri, sebagai berikut :
Anggapan-anggapan Teori X :
1)     Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.
2)     Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3)     Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggungjawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.
Anggapan-anggapan Teori Y :
1)         Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain dan istirahat.
2)         Pengawasan dan ancaman hukum eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.
3)         Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.
4)         Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggungjawab.
5)         Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
6)         Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.

Aspek Fungsi Kepemimpinan


Aspek Fungsi Kepemimpinan

Firman Allah SWT dalam surat Al-Ashr (103) ayat 1-3 :

Suatu kegiatan dikatakan efektif dalam kelompok bilamana seseorang dapat melakukan dua fungsi, yaitu : (1) fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah dan (2) fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial . fungsi pertama, pemberian saran penyelesaian, informsi dan pendapat. Fungsi kedua , mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar-menengahi perselisihan perbedaan pendapat, persetujuan denan kelompok lain dan memastikan bahwa individu merasa dihargai oleh kelompok.

Sehubungan dengan itu, fungsi-fungsi yang harus diselenggarakan oleh seorang pemimpin, yaitu meliputi :
1.      memberitahukan  kebijakan pimpinan organisasi kepada staf pembantu  dan merumuskannya menjadi pekerjaan staf termsuk implikasi-implikasinya,
2.      memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan staf serta membantu anggota staf yang mendapat kesukaran dalam masalah yang dihadapi dalam pemecahan dan penyelesaian masalah,
3.      mengadakan pengecekan terhadap kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh staf yang mempunyai kewajiban utama dalam penyelesaiannya serta staf lain yang harus turut serta dalam kegiatan bantuan,
4.      mengadakan integrasi daripada pekerjaan staf menjadi suatu kebulatan yang siap diajukan sebagai saran kepada pemimpin untuk mendapatkan keputusan berdasarkan sistem dan tata cara kerja yang berlaku dalam organisasi,
5.   
        jika diperlukan memberikan keterangan dan penjelasan              kepada pemimpin tentang perkembangan tugas staf serta keadaan staf sepanjang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas                    masing-masing,
6.      menerima petunjuk-petunjuk dan keputusan-keputusan dari pemimpin untuk selanjutnya diolah sebagai tugas staf,
7.      mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar keputusan pimpinan dapat terlaksana dengan efektif, baik oleh staf untuk pengolahan maupun oleh unit lini untuk pelaksanaan sesuai dengan rencana dan kebijakan pimpinan organisasi baik secara sendiri maupun dengan bantuan staf dengan jalan antara lain kunjungan staf, rapat staf, atau penyampaian dan pemberian petunjuk-petunjuk pelaksanaan,
8.      mengumpulkan laporan-laporan tentang pelaksanaan dari unit-unit lini dan setelah dianalisis dilaporkan kepada pimpinan,
9.      secara teratur dan terus menerus dan reflektif mengggerakan staf untuk                 mempelajari keadaan dan sebagai bahan bagi pimpinan dalam menetapkan                      kebijakan- kebijakan baru demi kepentingan organisasi.

Selasa, 26 April 2011

Perilaku kepemimpinan Berdasarkan Orientasi


Perilaku kepemimpinan Berdasarkan Orientasi Pada Bawahan dan Produksi

Pada waktu bersamaan dengan penelitian yang dilakukan Universitas Ohio State, dilakukan pula studi tentang kepemimpinan yang dilakuan oleh Universitas Michigan. Sasaran yang ingin dicapai dengan studi tersebut hampir sama dengan sasaran penelitian yang dilakukan oleh Universitas Ohio State, yaitu berusaha mengidentifikasikan karakteristik perilaku pimpinan yang tampaknya berkaitan dengan efektivitas.

Studi yang diselenggarakan oleh Universitas Michigan menggunakan dua dimensi kepemimpinan yang diberi nama orientasi pada bawahan dan orientasi pada produksi

Beberapa perilaku pimpinan dengan orientasi bawahan ialah:
a)   Penekanan pada hubungan atasan dan bawahan
b)   Perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya
c)   Menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri para bawahan tersebut

Sebaliknya pimpinan dengan orientasi produksi menunjukkan perilaku seperti:
a)      Cenderung menekankan segi-segi teknis dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh para bawahan dan kurang pada segi manusia
b)      Pertimbangan utama diletakan pada terselenggaranya tugas, baik oleh per orang dalam satuan kerja tertentu maupun oleh kelompok-kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi
c)      Menempatklan pencapaian tujuan dan penyelesain tugas di atas pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut unsur manusia dalam organisasi

Salah satu kesimpulan yang menarik dari studi oleh Univeristas Michigan itu ialah bahwa pada umumnya pimpinan yang berorientasi pada bawahan ternyata lebih efektif dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya dibandingkan dengan para pemimpin yang berorientasi pada produk. Tingkat produktivitas kerja, tingkat kehadiran di tempat kerja, kepuasaan kerja merupakan ukuran-ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat efektivitas tersebut. Seseungguhnya kesimpulan demikian tidak mengherankan dan bahkan memperkuat filsafah manajemen modern yang menempatkan manusia pada posisi sentral dalam kehidupan berorganisasional.

Usaha untuk lebih memahami faktor-faktor yang meningkatkan efektivitas kepemimpinan terus berlanjut, bahkan hingga saat ini. salah bentuk usaha yang dapat ditempuh adalah dengan kristalisasi pemikiran sehingga berbagai konsep, teori dan paradigma yang elah dikembangkan melalui berbagai kegiatan penelitian menjadi semakin jelas.

Kejelasan demikian diperkirakan akan meningkatkan kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi nyata. Artinya dalam praktek. Karena memang dalam praktek itulah validitas dan relevansi suatu konsep dan teori terlihat. Dua orang ilmuwan manajemen, yang bernama R Blake dan Jane S Mouton, melakukan kristalisasi tersebut dengan menciptakan apa yang diebut dengan istilah kisi-kisi manajerial

Senin, 25 April 2011

kepemimpinan berdasarkan struktur


Kepemimpinan Berdasarkan Prakarsa Struktur dan Perhatian

Studi ini menurut Siagian (1994:120) didasarkan kepada pemikiran dasar bahwa efktivitas kepemimpinan seseorang terlihat pada dua jenis perilaku dalam menyelenggarakan tugas-tugas kepemimpinannya, pertama ialah sampai sejauh mana seorang pimpinan memberikan penekanan pada peranannya selaku pemrakarsa struktur tugas yang akan dilaksanakan bawahannya, kedua sampai sejauh mana dan dalam bentuk apa seorang pimpinan memberikan perhatian kepada para bawahannya. Studi ini dilakukan melalui penelitan yang sudah berlangsung sejak decade 40-an oleh Universitas Ohio State, Amerika Serikat.

Dalam studi ini yang dimaksud dengan pemrakarsa struktur ialah sampai sejauh mana seorang pimpinan mendefinisikan dan menyusun struktur peranannya dan peranan bawahannya dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya sejauh mana seorang pimpinan menonjolkan peranannya mengorganisasikan hal-hal seperti:
a)    Tugas yang harus diselenggarakan dalam organisasi
b)    Hubungan antara satu tugas dengan yang lain
c)    Penekanan pada pentingnya kaitan tugas yang dieslenggarakan dengan tujuan dan sasaran yang tetapkan sebelumnya

Memang dapat dipahami pentingnya peranan seorang pemimpin selaku pemrakarsa kuat dalam hal seperti dikemukakan diatas. Dikatakan demikian antara lain karena dengan perilaku demikianlah terdapat ketegasan dan kejelasan tentang berbagai tugas yang harus diselenggarakan, disertai oleh tuntutan pemenuhan standar hasil kerja yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus ditaati oleh semua pihak. 

Ketika itu tingkat pengetahuan para pekerja dan kematangan jiwa berorganisasi masih edemikian rupa sehingga dipandang belum tepat diserahkan pemrakarsaannya kepada para anggota organasasi. Singkatnya, keberadaan seorang pimpinan dipandang sebagai faktor penentu dalam kehidupan berorganisasi.

Dalam pada itu disadari pula bahwa posisi sentral pimpinan itu tidak berarti mengabaikan keberadaan orang lain, yaitu para bawahan. Oleh karena itu, berbarengan dengan peranan pimpinan selaku pemrakarsa penyusunan struktur tugas, diteliti pula perilaku pimpinan yang menyangkut sifat, bentuk dan intensitas perhatiaannya pada para bawahannya.
Seperti yang dikemukakan Siagian(1994:121) Yang  mendapat sorotan dalam penelitian ini, antara lain, ialah:
a)    Iklim saling percaya mempercayai
b)    Penghargaan terhadap ide bawahan
c)    Memperhitungkan perasaan para bawahan
d)    Perhatian pada kenyaman kerja bagi para bawahan
e)    Perhatian pada kesejahteraan bawahan
f)     Pangakuan atas status para bawahan secara tepat dan proporsional
g)    Memperhitungkan faktor kepuasaan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya.

Disamping itu penelitian ini juga mempelajari sampai sejauh mana efektivitas kepemimpinan seseorang dipengaruhi oleh perilakunya yang menyebabkan para bawahan senang datang kepadanya untuk menyampaikan berbagai masalah yang dihadapinya, termasuk masalah pribadi, karena bawahan itu mengetahui bahwa pimpinan yang bersangkutan akan mendengarkannya dengan baik dan memberikan pandangan-pandangan yang arif tentang bagaimana berbagai masalah yang dihadapi itu seyogyanya dipecahkan dan diatasi. Singkatnya penelitian menyoroti sampai sejauh mana efektivitas kepemimpinan seseorang dapat diwujudkan dengan perilaku yang bersahabat, mudah didekati dan objektif dalam memperlakukan bawahan.

Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a)    Seorang pemimpin yang menduduki peringkat tinggi dalam prakarsa struktur tugas dan perhatian pada bawahan cenderung menjadi pemimpin efektif dalam arti mampu menggerakkan para bawahan sedemikian rupa sehingga mencapai tingkat prestasi kerja yang tinggi dibandingkan dengan pemimpin yang berada pada peringkat rendah dalam kedua hal tersebut
b)    Akan tetapi bahwa tingginya peringkat yang dicapai seseorang dalam hal prakarsa tugas dan perhatian pada bawahan tidak selalu berakibat positif pada perilaku bawahan.
c)    Seorang pimpinan yang memberikan perhatian besar kepada bawahannya sering mendapat penilaian yang negatif dari pejabat pimpinan yang lebih tinggi, mungkin karena dipandang sebagai usaha pimpinan yang bersangkutan untuk memperbesar kekuasaan yang oleh pimpinan lebih tinggi itu dipandang sebagai ancaman pada kedudukannya sendiri
d)    Penggabungan yang tepat antara prakarsa dalam penstrukturan tugas dan perhatian pada bawahannya pada umumnya mempunyai dampak positif terhadap perilaku bawahan dan dengan demikian dapat meningkatkan efektivitas seseorang. Akan tetapi terdapat pula cukup banyak kasus yang emnggambarkan situasi sebaliknya.

Pendekatan Tingkah Laku Pada Kepemimpinan


Pendekatan Tingkah Laku Pada Kepemimpinan


Kepemimpinan yang efektif sebagaimana telah diuraikan sebelumnya melalui pendekatan kesifatan, namun pengertian dan pemahaman tentang kepemimpinan yang efektif yang umum diketahui hanyalah yang melekat pada ciri seseorang dari sifat-sifat tertentu yang tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan pemimpin efektif.

Dinamika manusia yang kemudian menampakkan diri pada dinamika organisasi dan dinamika masyarakat sebagai keseluruhan merupakan faktor pendorong bagi berbagai jenis kemajuan yang dicapai manusia. Dorongan untuk maju timbul karena hasrat dan keinginan manusia untuk meningkatkan kemampuannya untuk memuaskan berbagai jenis kebutuhannya yang semakin lama semakin kompleks

Berbarengan dengan peningkatan kebutuhan maka semakin tinggi hasrat manusia untuk masuk berbagai jenis organisasi. Maka semakin berkembang persepsi yang berkisar pada pandangan bahwa kehidupan organisasional perlu dijamin adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Dalam hubungan organisasi para anggotanya, sering dirumuskan bahwa hak organisasi diperolehnya melalui penunaian kewajiban oleh para anggotanya dan sebaliknya hak para anggota organisasi merupakan kewajiban organisasi untuk memenuhinya. Pandangan ini biasanya mengejawantahkan pada tuntutan adanya kepemimpinan yang demokratik dalam organisasi yang bersangkutan.

Sebagaimana dikemukakan Sastradipoera (1998:23) kepemimpinan berdasarkan perilaku adalah “Kepemimpinan yang didasarkan atas pengamatan apa yang dilakukan oleh pemimpin efektif itulah”. Fungsi kepemimpinan disini memberikan kelonggarran kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memuaskan kebutuhan yang pada waktu bersamaan memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi. Teori kepemimpinan berdasarkan perilaku pun memberikan saran-saran akan perlunya fungsi motivasi kepada para pengikut agar mereka dapat memuaskan kebutuhan.

Oleh karena itu, melalui pendekatan tingkah laku kita dapat menentukan apa yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif dan mencari jawaban serta menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan itu efektif.

Minggu, 24 April 2011

Keterampilan Berkomunikasi Secara Efektif


Keterampilan Berkomunikasi Secara Efektif
Dalam kehidupan organisasional terdapat empat jenis fungsi komunikasi, yaitu:

Fungsi motivasi. Peranan komunikasi tidaklah kecil dalam mendorong motivasi kuat dalam diri anggota organisasi untuk berkarya lebih tekun. Hal ini dilakukan dengna jalan menjelaskan kepada mereka apa yang yang harus dilakukan, hasil penilaian tentang pelaksanaan tugas masing-masing dan cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi kerja di masa-masa yang akan datang

Fungsi ekspresi emosi. Komunikasi yang terjadi dalam orgnaisasi harus mampu memainkan dua peranan penting yaitu sebagai wahana untuk menyampaikan keluhan untuk mana pimpinan diharapkan menjadi pendengar yang baik dan sebagai saluran menyatakan kepuasaan atas keberhasilannya menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya

Fungsi informasi. Artinya komunikasi sebagai wahana penyamapaian informasi yang diperlukan oleh berbagai pihak untuk memperlancar jalannya proses pengambilan keputusan.

Fungsi pengawasan. Komuniksi selaku pengendali para anggota organisasi. Dikatakan demikian karena dalam suatu organisasi para anggotanya diharapkan taat kepada petunjuk, peraturan dan norma-norma yang berlaku bagi para anggota organisasi yang bersangkutan.

Keterampilan Mendidik
Disenangi atau tidak, setiap pejabat pimpinan adalah seorang pendidik. Mendidik disini diartikan luas, tidak terbatas hanya pada cara-cara mendidik yang ditempuh secara formal. Misalnya, jika seorang pimpinan melihat seorang bawahannya melaksanakan tugas dengan cara yang tidak atau kurang tepat, seorang juru tik misalnya, dan menunjukkan cara yang benar, pimpinan yang bersangkutan sesungguhnya telah melakukan peranans ebagai pendidik

Kalau seorang pimpinan menunjukkan sikap dan perilaku yang pantas untuk ditiru oleh orang lain, ia pun telah memainkan peranannya sebagai pendidik. Jelaslah bahwa kemampuan menggunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi merupakan pencerminan peranannua sebagai pendidik.

Rasionalitas
Dalam dunia manajemen ada ungkapan yang berkata bahwa para pejabat pimpinan dalam suatu organisasi untuk berpikir dan bukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang bersifat teknis operasional. Bahkan dapat dikatakan bahwa sebagian besar waktu kelompok eksekutif digunakan untuk berpikir. Semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi.

Kesemuanya itu berarti bahwa setiap pimpinan harus mampu berpikir dan bertindak secara rasional, tidak hanya dalam menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinannya, akan tetapi dalam menentukan sikap dan perilakunya dalam berinteraksi dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar organisasi.

Objektivitas
Setiap pimpinan diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebaai bapak dan penasehat bagi bawahannya. Memainkan peranan tersebut berarti, antara lain, bahwa pimpinan menjadi tempat bertanya bagai para anggota organisasi, tidak hanya menyangkut berbagai hal yang ada kaitannya secara langsung dengan kehidupan organisasional akan tetapi juga mungkin yang pribadi sifatnya, seperti masalah keluarga.

Pragmatisme
Dinyatakan secara sederhana, pragmatisme pada dasarnya berarti bnerpikir dan bertindak secara realistic. Berpikir dan bertindak pragmatik sama sekali tidak berarti tidak boleh mempunyai cita-cita yang tinggi, bersikap fatalistik, menganut faham deterministik atau bersikap pasrah.

Dalam kehidupoan organisasional, sikap pragmatik biasanya terwujud dalam bentuk sebagai beriktu:

Kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistic tanpa melupakan idealisme

Menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup organisasi tidak selalu meraih hasil yang diharapakan

·         Kemampuan menentukan Peringkat Prioritas
·         Kemampuan Membedakan Yang Urgan dan Yang Penting
·         Naluri Tepat Waktu
·         Rasa Kohesi Yang Tinggi
·         Rasa Relevansi Yang Tinggi
·         Keteladanan
·         Menjadi Pendengar Yang Baik