Kamis, 30 Desember 2010

TEKNIK PengorganisASIAN masyarakat


TEKNIK PengorganisASIAN  masyarakat

·          Dayagunakan pemimpin lokal. Sekali lagi, jangan berbuat sendirian! Anda adalah fasilitator. Gunakan pemimpin-pemimpin kelompok lokal di desa. Misalnya, untuk menggerakkan ibu-ibu dan perempuan di desa, mintalah bantuan Ibu Kepala Desa, atau guru desa yang selama ini sudah terbiasa mengumpulkan ibu-ibu dalam kegiatan di desa pada acara pertemuan perempuan, atau Ibu Pendeta, Ketua Pengurus Pengajian, dll. Untuk mengajak kelompok tani melakukan suatu kegiatan, mintalah Ketua Kelompok Tani yang memimpin kegiatan.

·          Rumuskan dulu tujuan dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari satu tindakan/kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat (waktu merumuskan tujuan dan manfaat ini sebaiknya dengan metode yang partisipatif antara lain dengan FGD di atas). Mintalah pendapat  pemimpin-pemimpin kelompok (group leaders) di desa bagaimana tujuan dan manfaat itu dapat dicapai bersama. Biarkan mereka memberi masukan terhadap upaya pengorganisasian anggota kelompoknya/yang ada dalam kepemimpinannya.

·          Biarkan para pemimpin kelompok menekankan  kembali tujuan dan manfaat yang akan dicapai dari suatu kegiatan. Sharingkan hal itu dengan perwakilan kelompok yang akan diajak melakukan kegiatan. Misalnya untuk tujuan menemukenali Potensi desa, ajaklah perwakilan pemuda untuk melakukan transek bersama. Tujuan transek tersebut salah satunya adalah mengidentifikasi potensi lahan kosong yang bisa digarap oleh para pemuda dengan pertanian cepat menghasilkan (yang sesuai dengan kondisi desa dan memiliki pasar cukup baik). Tentunya anda sebagai fasilitator sudah survey awal sudah menemukan potensi ini dan sudah mengkonsultasikan dengan instansi terkait dengan kemungkinan manfaat pendayagunaan lahan kosong ini bagi peningkatan pendapat masyarakat di desa, khususnya untuk pemuda-pemuda yang masih menganggur. Atau untuk tujuan lain, misalnya anda ingin mengajak ibu-ibu di desa bersama-sama mengembangkan gerakan “program memanfaatkan pekarangan rumah”  dengan menanam sayuran (cabe, tomat, sayur bayam, dll) dalam pot, atau beternak bebek, ayam kampung, dll.

·          Libatkan peran dari Dinas/instansi terkait sebagai pembina dalam program yang akan dikembangkan bersama masyarakat. Ingat, anda punya keterbatasan untuk ilmu dan pengetahuan bidang-bidang tertentu.  Masalah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pertanian serahkan pada ahlinya (bisa dari PPL, petani, dll); masalah penyuluhan kesehatan serahkan pada kader-kader kesehatan yang sudah ada, bidan desa, paraji, dll. 
·          Ingat satu hal: bangun motivasi! Masyarakat atau warga desa tidak akan bergerak melakukan sesuatu jika tidak ada proses membangun motivasi pada awal (perencanaan kegiatan), pada saat pelaksanaan, pemantauan, evaluasi terhadap hasil/dampak kegiatan, serta proses keberlanjutannya.

·          Jangan lakukan banyak kegiatan sekaligus! Jangan gerakkan banyak orang sekaligus! Pada dasarnya, setiap Tahap pemberdayaan memerlukan pembuktian manfaat suatu kegiatan. Oleh karena itu, lakukan satu kegiatan kecil yang dapat menghasilkan manfaat bagi satu kelompok kecil masyarakat. Misalnya anda ingin membuktikan manfaat mengolah lahan kosong di pekarangan kepada ibu-ibu di desa. Pertama-tama, ajaklah beberapa ibu-ibu yang bisa jadi panutan (memiliki karakter suka inovasi atau kreatif dan suka mencoba hal-hal yang jelas manfaatnya) menanam cabe dan tomat di polibeg atau pot dari ember bekas, atau panci yang sudah rusak/tidak dipakai. Latihlah mereka untuk merawat tanaman cabe tersebut sampai menghasilkan (panen) dan bangga dengan hasil panennya. Biarkan mereka bercerita nilai penghematan uang belanja untuk membeli cabai dan tomat tersebut kepada ibu-ibu lainnya di desa dan pada acara pertemuan berikutnya biarkan mereka yang mengajak ibu-ibu lain untuk menanam cabai dan tomat dalam polibeg.

·          Tingkatkan ketrampilan dan pengetahuan! Dalam setiap kegiatan, lakukan pelatihan singkat dan pemerkayaan pengetahuan. Seperti contoh di atas, untuk pengelolaan pekarangan, ajak petani yang sudah biasa menanam cabai atau tomat memberikan ilmunya bagaimana merawat cabai dan tomat dalam pot. Ilmu dan ketrampilan sederhana yang diberikan akan sangat bermanfaat dan akan dipraktekkan setelah ada pembuktian hasil.

·          Ciptakan ruang pertukaran gagasan. Jangan paksa masyarakat langsung menerima ide/gagasan dan otomatis akan melaksanakan kegiatan yang anda sarankan. Sebagai fasilitator, anda perlu memberi ruang mereka untuk ragu-ragu, atau menolak suatu gagasan/kegiatan yang walaupun dalam analisa anda akan sangat bermanfaat bagi masyarakat (bahkan untuk orang miskin sekalipun). Berikan ruang dan waktu untuk terjadinya pertukaran gagasan. Jika terjadi penolakan gagasan pada awal pertemuan, lakukan diskusi membuka wawasan dan contoh-contoh pembuktian dan kesempatan menemukan bukti-bukti yang anda sampaikan dari banyak pihak dan dari sumber lain (jika perlu hadirkan “pakar” atau “praktisi” yang sudah membuktikan gagasan tersebut berhasil). 


TEKNIK PENDAMPINGAN MEMBANGUN RAPPORT


TEKNIK PENDAMPINGAN

A.      Membangun rapport
·          Sebagai pendamping/fasilitator masyarakat, langkah pertama yang harus anda kembangkan agar dapat diterima oleh masyarakat adalah membangun hubungan kedekatan dan kepercayaan dengan mereka.
·          Yang dimaksud kedekatan di sini adalah tidak hanya sekedar fisik dimana anda berada di antara warga masyarakat desa, melainkan bagaimana keberadaan kita dapat menimbulkan rasa nyaman, dapat dipercaya, dapat  memahami emosi, pikiran, ungkapan/pembicaraan yang dinilai penting oleh masyarakat desa. Indikator yang jelas apakah anda sudah berhasil membangun rapport atau belum adalah apakah anda bisa masuk pada pembicaraan-pembicaraan yang dirasa personal, atau diajak membahas masalah hidup yang dirasakan oleh warga masyarakat, bahkan yang paling “terpinggirkan’’ seperti perempuan miskin di desa, warga miskin di dusun, dll. 
·          Kembangkan empati (kemampuan memahami suasana hati dan pikiran anggota/kelompok)
·          Menjadi insider sekaligus outsider (maknanya tahu kapan harus berperan sebagaimana orang dalam tapi tahu kapan harus menganalisa situasi dan kondisi/tidak terlalu larut pada persoalan di kelompok).
·          Masuki area-area secret/rahasia, tabu, gossip, persoalan-persoalan, dimana informasi seringkali tidak disebarkan secara terbuka.
·          Jangan pernah berjanji, katakan kondisi yang ada sejujurnya
·          Belajar menjadi pendengar yang baik (active listening)
·          Peka terhadap sikap, mimik, bahasa tubuh/reaksi yang disampaikan secara non verbal (perlu ketrampilan observasi psikologis).
·          Be honest (jujur) dan jaga kepercayaan yang telah diberikan ke kita.

TEKNIK PENDAMPINGAN


TEKNIK PENDAMPINGAN


A.  WAKTU PENDAMPINGAN

1. Tahap Sosialisasi
4. Tahap Serah Terima



B.  METODOLOGI

1. Cara yang digunakan

2. Mulai dari mana
3. Perlu waktu yang panjang
4. Appreciative Inquiry vs. Problem Solving

C.  ASPEK-ASPEK PENDAMPINGAN

1. Membangun kemitraan


D.  PRINSIP DASAR

1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah kelompok
2. Kelembagaan dibangun dari, oleh, untuk bersama
3. Peran pihak luar hanya membantu dan memfasilitasi proses
4. Ada kepedulian pihak aparat pemerintah lokal, dinas/istansi terkait, LSM lokal, untuk memprakarsai pembinaan
5. Ada sistem yang dibangun dan mengikat

E.  SASARAN PENDAMPINGAN

1. Fasilitator Desa/Kader-kader Desa

2. Pokja di masyarakat (Tim Penulis Usulan, Tim Verifikasi, dll)
3. Anggota kelompok (SPP, UEP)
4. Aparat terkait (Kepala Desa dan jajarannya, Camat dan jajarannya)

TEKNIK PENDAMPINGAN UNTUK MENDETEKSI KONFLIK


TEKNIK PENDAMPINGAN UNTUK MENDETEKSI KONFLIK

A.      DETEKSI DINI KONFLIK
·          Pada tahapan pendampingan, pendamping atau fasilitator suatu ketika pasti akan berhadapan dengan konflik dalam masyarakat. Apa yang bisa dilakukan oleh pendamping? Pertama-tama adalah harus dipahami bahwa konflik pada dasarnya merupakan sebuah dari  berbagai bentuk perwujudan masalah sosial yang dialami individu atau kelompok individu dalam berhubungan dengan individu atau kelompok lainnya. Masalah sosial pada dasarnya merupakan suatu kenyataan sosial yang tidak dapat ditanggapi atau dipahami dengan menggunakan pengetahuan masyarakat yang bersangkutan.
·          Deteksi dini konflik merujuk pada penemuan dan pengenalan gelaja dan sumber-sumber yang dianggap berpotensi memunculkan perbedaan pemahaman yang dapat berakibat munculnya konflik dan atau kemungkinan konflik lanjutan
·          Dalam pendeteksian dini ini sangat diperlukan pengetahuan tentang hubungan-hubungan sosial antar kelompok atau golongan sosial yang terjadi. Di dalamnya terkandung juga pengetahuan tentang tanggapan dan prasangka yang ada dalam satu kelompok atau golongan sosial lainnya.
·          Tahap 1      :  pemetaan sosial
a.     lakukan identifiksi perbedaan yang ada dalam masyarakat  (suku bangsa, agama, stratifikasi sosial, politik, ekonomi), dapat diperoleh dari data potensi penduduk
b.     deskipsikan pemanfaatan suatu sumberdaya yang sama yang dilakukan oleh beberapa kelompok yang berbeda, bagaimana masing-masing kelompok memperlakukan sumberdaya yang ada tersebut.
c.     Deskripsikan bentuk jaringan sosial masing-masing kelompok untuk melihat siapa yang menjadi patron dalam kelompok yang bersangkutan, khususnya berkenaan dengan Pemanfaatan sumber daya.
d.     Identifikasi tempat-tempat pertemuan antar kelompok yang berbeda dan gambarkan aktivitas yang terjadi di tempat-tempat tersebut.

·          Tahap 2      :
Mendeteksi gejala-gejala yang dapat menciptakan kerengggangan hubungan sosial antar kelompok yang berbeda, dengan cara:
a.     Deteksi anggapan dan prasangka antar kelompok, untuk mengenali:
a.1. model solidaritas yang dimunculkan:
§   Data pengelompokan warga berbasis suku bangsa, profesi, latar belakang wilayah/daerah, partai politik, strata sosial, ideologi;
§   Pengelompokan terbangun dalam rangka Penguasaan Sumber Daya dan perebutan pengaruh;
§   Pengelompokan yang terjadi dapat atau tidaknya memunculkan penggalangan solidaritas anggota kelompok dan bahkan memunculkan sentimen kelompok)

a.2. basis kepentingan terhadap sumberdaya dalam rangka distribusi sumberdaya ekonomi dan politik, data yang dikumpulkan :
§   Distribusi sumber daya yang ada dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok warga komuniti
§   Variasi sumberdaya yang dapat menunjang perebutan sumberdaya antar komuniti
§   Kecenderungan segregasi antar kelompok atau golongan sosial terhadap penguasaan suatu sumberdaya langka dan terbatas
§   Penguasaan Sumberdaya atas nama ulayat atau adanya sumberdaya bebas yang pemanfaatannya dapat dilakukan oleh semua komuniti dengan variasi latar belakang
§   Kecenderungan komuniti yang terisolasi terhadap akses sumberdaya yang ada




a.3. Riwayat hubungan sosial antar kelompok, data yang dikumpulkan:
§   Pertentangan di antara kelompok yang berbeda di arena kehidupan sosial, agama, ekonomi, budaya dan politik, baik berupa persaingan maupun kerjasama dan atau konflik.
§   Kuantitas kemunculan pertentangan antar kelompok atau golongan sosial dan arena-arena sosialnya dan kualitas konflik yang terjadi serta Dampak Fisik yang ditimbulkannya.
§   Model dan bentuk pemecahan konflik yang pernah dilakukan.

a.4. Aspek-aspek kebijakan, data yang dikumpulkan:
§   Cara-cara mutasi yang terjadi di arena birokrasi pemerintahan,
§   Penggunaan hubungan primordial kelompok dalam arena formal birokrasi
§   Persentase jumlah Personil kepemerintahan berdasarkan suatu kelompok

a.5. Etika moral dan bisnis, data yang dikumpulkan:
§   Keterkaitan dengan aturan-aturan yang berlakuk yang berdasarkan pada aturan, nilai, norma nasional
§   Penggunaan asas profesionalitas

a.6. Partisipasi politik masyarakat, data yang dikumpulkan:
§   Persebaran politik lokal kelompok yang berdasarkan pada primordialitas (suku, agama, ras) atau Dominasi kelompok.
§   Dominasi individu-individu yang bermain dalam tingkat lokal dengan penggunaan model-model kelompok dominan.
§   Persebaran dan persentase kelompok atau golongan sosial yang termarjinalisasi serta tertutupnya akses sumberdaya dalam berperan di aren politik lokal maupun tingkat lokal

b.     Mendeteksi institusi sosial yang dipergunakan untuk berhubungan sosial antar kelompok, untuk mengenali:
b.1. Keberadaan institusi lokal yang biasa digunakan untuk penyelesaian konflik
b.2.  Pihak ketiga yang dapat menjembatani dua kelompok yang bertikai
b.3.  Keterkaitan antar kelompok sosial dalam satu arena sosial

c.     Mendeteksi pengaruh kekuasaan dalam politik lokal dan tingkat lokal , untuk mengenali:
c.1.  Penggolongan mayoritas dan minoritas dalam masyarakat
c.2.  Pendominasian pranata sosial
c.3. Identifikasi tokoh-tokoh kunci dalam percaturan kekuasaan di arena lokal dan tingkat lokal
c.4.  Ketergantungan individu terhadap individu lain dalam pranata sosial yang ada
c.5.  Hubungan kekuasaan formal (pemerintah)
c.5.  Model jaringan sosial individu

·          Tahap 3         :
Analisa terhadap idenifikasi dalam rangka deteksi dini terhadap konflik
a.     Langkah 1: menilai anggapan dan prasangka dari satu kelompok terhadap kelompok lainnya
b.     Langkah 2: menilai banyaknya institusi (pranata) sosial yang sering dipakai bersama dapat mempermudah penyelesaian konflik yang terjadi dan bahkan dapat dipakai untuk mengantisipasi konflik
c.     Langkah 3 : menilai kekuasaan dan kekuatan sosial dari salah satu kelompok yang mendominasi kekuasaan lokal menjadi dasar pendominasian suatu wilayah dengan kemampuan dan kekuasaannya memahami, menerjemahkan politik nasional dengan menggunakan pengetahuan kelompok

·          Tahap 4: Menyimpulkan hasil
Langkah: memberikan penilaian terhadap variabel yang bisa menciptakan konflik.

TEKNIK PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PENGETAHUAN LOKAL


TEKNIK PENDAMPINGAN
PENGEMBANGAN PENGETAHUAN LOKAL


  •   Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan pada komuniti/masyarakat desa/lokal. Pengetahuan lokal lebih bernilai ketika digunakan untuk pengembangan atau konservasi suatu wilayah lingkungan alam. Penggunaan pengetahuan lokal dapat membantu meningkatkan relevansi proyek, penerimaan, keberlanjutan dan bahkan ketersediaan ekonomi dan teknologi.
  •    Langkah 1: lakukan pengumpulan data dengan teknik observasi Partisipasi mengenai pemaknaan segala gejala dan benda-benda yang ada di dalam masyarakat/komuniti, proses sosialisasi dalam keluarga, siapa-siapa saja yang menjadi pelaku  penyebaran (misal ibu, ayah, nenek, dll)
·          Langkah 2: lakukan pengumpulan data mengenai kepercayaan-kepercayaan yang ada dan berkembang di komuniti/masyarakat desa, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan alam, upacara-upacara, serta pemahaman tentang maksud dan tujuan dari diselenggarakannya upacara yang bersangkutan.

·   Langkah 3: identifikasi segala peralatan yang dipakai oleh individu sebagai anggota komuniti dalam rangka pemenuhan kebutuhannya baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Bagaimana peralatan tersebut didapat, dikembangkan, diadaptasikan dengan lingkungan yang ada.

·          Langkah 4: inventarisir segala sesuatu yang ada di lingkungan komuniti,  catat kegunaannya, pemanfaatan, fungsi dari bahan-bahan yang ada di lingkungannya, bagaimana individu anggota komuniti memberikan istilah untuk benda-benda yang ada tersebut. Apa-apa saja yang dipakai untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan, obat, peralatan, bahan untuk rumah/bangunan, dan seterusnya.

·          Langkah 5: identifikasi kemampuan-kemampuan individu dalam komuniti, khususnya tentang kemampuan secara teknologi dalam pengelolaan sumberdaya alam. Darimana pengetahuan itu didapat, bagaimana memperolehnya dan bagaimana mengajarkannya kepada individu lainnya (teman, kerabat, anak, dsb)

·          Langkah 6: identifikasi sarana komunikasi yang terdapat di komuniti dengan segala bentuk istilahnya serta fungsi dari tanda-tanda yang dimunculkan di komuniti. Bagaimana menterjemahkan simbol-simbol yang dikomunikasikan dan bagaimana menerapkan simbol-simbol tersebut. Siapa-siapa saja yang berhak untuk menyebarluaskan informasi yang ada, bagaimana jaringan komunikasi yang ada.

·          Langkah 7: deteksi dan inventarisir segala pranata sosial (social institution) yang terdapat di komuniti. Bagaimana cara mengatur, mengorganisir individu-individu lain dalam satu bentuk organisasi, seperti misalnya cara-cara gotong royong, tolong menolong yang ada di komuniti.

·          Langkah 8: catat dan deskripsikan pengetahun teknologi yang dipakai serta bagaimana cara mewujudkan pengetahuan tersebut di kenyataan yang ada berkenaan dengan Pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.

teknik pendampingan


teknik pendampingan

A.      MENGEMBANGKAN Komunikasi interpersonal
·          Membina Komunikasi yang akrab (kader dengan keluarganya, ibu-ibu/perempuan di desa, Kades,  dll.)
·          Materi pembicaraan tidak harus hal-hal yang menyangkut pekerjaan saja, tetapi
·          Gunakan humor (untuk mencairkan suasana, ketegangan, ataupun menciptakan keakraban). Humor yang baik tidak menyinggung masalah kekurangan fisik, Tidak Bersifat Etnosentrik (mengagung-agungkan kehebatan suku tertentu, ataupun sebaliknya merendahkan atau memberi lebel/stereotipe suku tertentu). Hindari juga humor yang bernada pelecehan gender. 
·          Gunakan bahasa yang dipahami (kalau perlu bahasa daerah). Jika anda orang dari luar daerah tersebut dan belum bisa berbahasa daerah, jangan berpura-pura bisa berbahasa daerah, lebih baik apa adanya dan perlahan-lahan lakukan upaya belajar bahasa daerah tersebut. Penduduk desa pasti akan suka dengan usaha anda dan akan membantu menjadi “guru bahasa” bagi anda. Jika anda tidak tahu arti ungkapan penduduk desa, tanyakan dengan jujur apa sebetulnya makna dari ungkapan tersebut dan dijamin mereka akan menerjemahkannya untuk anda.
·          Kenali karakter, kebiasaan, hobi, dan pribadi dari anggota kelompok (temukan tipenya: penggerak/dinamo, rajin/malas, provokator, dll).

B.      Diskusi Kelompok Terarah (Focus group discussion/FGD)
·          Tentukan satu tema atau isu menarik dan penting yang anda temukan di lapangan.
·          Set waktu yang tepat untuk melakukan FGD dengan mengacu pada agenda kegiatan masyarakat/masing-masing kelompok yang akan anda undang dalam pertemuan.
·          FGD ini dapat dilakukan dengan kelompok ibu-ibu/perempuan di desa, kelompok pemuda, para tokoh masyarakat, para petani/kelompok tani, dan warga masyarakat lainnya.
·          FGD dengan masyarakat desa sebaiknya bersifat informal, tidak harus dalam bentuk rapat pertemuan resmi karena dijamin akan tidak banyak yang datang.
·          Manfaatkan ruang, waktu, media yang ada. Pada masyarakat tertentu, ada kebiasaan menghabiskan waktu istirahat siang di kedai-kedai kopi, atau di balai-balai depan rumah salah satu penduduk. Anda bisa “nongkrong” di sana dan mencoba mendengarkan apa topik pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan. Anda bisa masuk pada topik pembicaraan yang membahas tentang kesulitan atau masalah yang sedang dibahas. Misalnya ketika anda duduk bersama para petani yang sedang istirahat di “saung” (gubuk kecil di dekat sawah tempat petani istirahat), ada pembicaraan tentang kesulitan air untuk mengairi ladang mereka karena musim kemarau yang berkepanjangan. Anda dapat “masuk” ke pembahasan dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing keluarnya problema yang ada dan kebutuhan akan solusi terhadap masalah tersebut. Anda juga bisa duduk bersama ibu-ibu/perempuan di desa pada saat mereka berkumpul (mungkin pengajian, sehabis kebaktian di gereja, atau di tempat biasa mereka duduk-duduk ngobrol santai). Biasanya, diskusi yang dilakukan santai lebih menampilkan fakta dan masalah yang sebenarnya.
·          Lakukan FGD secara bertingkat dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengan tema tertentu yang telah anda seleksi merupakan masalah utama yang muncul di desa dan berdampak pada kehidupan masyarakat, terutama golongan miskin di desa.
·          Ajak juga Kepala desa, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh agama dan orang-orang yang berpengaruh di desa/kecamatan untuk membahas masalah tersebut.
·          Setelah data anda cukup, ajukan satu usulan pertemuan mengundang perwakilan sebanyak mungkin masyarakat untuk menganalisa bersama temuan masalah yang ada kumpulkan dari berbagai pihak.
·          Pada awal pertemuan, jelaskan tujuan anda mengundang perwakilan masyarakat dan manfaat dari pertemuan bagi mereka. Untuk itu, lakukan “sentuhan emosi” yang tepat dengan mengangkat nilai-nilai solidaritas di antara masyarakat, rasa kepedulian sesama warga desa,
·          Kuaklah kebesaran hati dan keluhuran budi dari “kelompok berpunya” (golongan pemilik modal/kaya, intelektual/berpendidikan, berpekerjaan) di desa kepada yang “tidak berpunya” (golongan miskin, tidak punya akses modal, tidak berpendidikan) dalam bentuk ajakan membantu, menyumbangkan tenaga, fasilitas, pikiran, sarana dan prasarana yang dapat mendukung solusi atas kesulitan/masalah yang dihadapi masyarakat miskin di desa
·          Tempatkan Kades, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dll sesuai yang dipandang dalam masyarakat sesuai posisinya di masyarakat. Beri porsi mereka sebagai “pemimpin”, pengorganisir, dan pemberi nasehat serta pembina. Biarkan mereka yang memoderatori diskusi, memimpin dalam mencari solusi bersama masyarakat. Tetapi, sebelum pertemuan anda perlu bicara terlebih dahulu dengan mereka tentang peran, materi, dan tujuan yang perlu dicapai dalam pertemuan FGD dengan masyarakat. Dan ingat, hati-hati agar anda tidak lepaskan kendali begitu saja, jangan sampai FGD malah menjadi ajang ceramah berkepanjangan dari Kepala Desa atau tokoh masyarakat tertentu (apalagi sebagai ajang kampanye)!

teknik pendampingan Membangun JARINGAN (Networking)


teknik pendampingan
Membangun JARINGAN  (Networking)

·          Lakukan analisis stakeholder (siapa yang berperan, dalam bidang apa, dimana posisinya, dll) bagi kelompok dan masyarakat.
  • ·   Lakukan pendekatan dengan berbagai pihak terkait seperti aparat desa/camat, tokoh masyarakat (tokoh agama dan tokoh adat)
  •        Pendekatan kepada kelompok-kelompok yang berpengaruh
  •       Lakukan pendekatan juga kepada pembina masyarakat dari dinas/instansi terkait (PPL, PLKB, Pembina Koperasi, dll)
  •        Memfasilitasi antar pihak sehingga terbentuk forum dialog/komunikasi
  •      Mainkan peran yang dimiliki masing-masing pihak (bukan kita yang bicara tapi mereka sesuai bidangnya
  •     Ikuti sistem kerja dan cara pendekatan mereka di awal, dan arahkan ke sistem/cara kerja di tahap selanjutnya.

MENGENALI JARINGAN KEPENTINGAN
  • Sebagai pendamping/fasilitator di masyarakat, anda perlu waspada/”aware” terhadap adanya jaringan kepentingan di desa. Anda perlu mengenali dan mengetahui bagaimana sistem yang dibangun di dalamnya. Jaringan kepentingan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap sukses tidaknya anda Mengorganisir Masyarakat desa untuk melakukan satu aksi atau kegiatan PNPM.
  • Jaringan kepentingan bisa menjadi penghalang di satu sisi tetapi juga bisa menjadi faktor pendorong di sisi lainnya. Seorang pendamping/fasilitator yang “cerdas” dapat memanfaatkan jaringan kepentingan dengan efektif  jika tahu strateginya. 
  • Pada tahap awal, lakukan penelusuran jaringan-jaringan kepentingan yang ada di desa. Caranya, coba gali informasi siapa saja di desa yang dianggap sebagai tokoh panutan/yang memegang peranan atau sebagai patron. Patron merupakan individu pencetus masalah, atau yang berfungsi untuk pembuat keputusan berdasar pada masalah yang ada. Biasanya patron ini punya pengikut atau disebut klien. Klien adalah individu yang berperan mengikuti atau berada di bawah pengaruh dari patron. Pada masyarakat desa, biasanya warga miskin menjadi klien dari orang-orang desa yang memiliki akses modal/kapital, atau akses pengaruh.
  • Di dalam hubungan patron-klien ini akan tercipta saling ketegantungan, tetapi biasanya tidak seimbang karena patron yang paling untung dibanding klien. Jaringan patron-klien ini bisa juga antara pedagang pemasok dengan pengecer, atau antara pemilik tanah dengan penyewa tanah, antara pengrajin dengan penyuplay bahan baku dan pembeli hasil produksi pengrajin, dll. Temukanlah.
  • Tahap berikutnya lakukan diskusi-diskusi informal untuk menelusuri bentuk ketergantungan, frekuensi dan keterikatan yang dibangun di dalamnya. Cermati, bagaimana itu berdampak bagi orang miskin/klien, dan bagaimana jaringan ini dapat menjadi alat/wadah untuk Penyadaran kritis.
  • Coba cari sisi positif dari jaringan kepentingan ini untuk lebih meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara mendayagunakan patron (ikut berkontribusi dalam pemecahan masalah).

Rabu, 29 Desember 2010

Keterampilam Yang Dibutuhkan dalam Pendampingan


Keterampilam Yang Dibutuhkan dalam Pendampingan


Mengingat Pendamping masyarakat posisi yang sangat strategis dalam upaya-upaya pembelajaran dan pemberdayaan, maka dibutuhkan berbagai jenis keterampilan dan kemampuan dari seorang pendamping.

Konsep keterampilan yang dibutuhkan dalam pendampingan ini sering disebut sebagai “8 (delapan) Koridor Pendampingan”, yaitu;
1.      Mampu menganalisa secara ilmiah dan metodis pada aspek fisik lingkungan, sosial dan ekonomi.
2.      Menguasai teknis pendampingan dan Pengembangan Masyarakat.
3.      Mampu berkomunikasi 2 (dua) arah
4.      Mampu memfasilitasi Perencanaan Program
5.      Mampu menyesuaikan diri dengan Gaya Hidup dan gaya kerja (kinerja) masyarakat.
6.      Mampu mengatasi situasi ketegangan dan konflik internal (Manajemen Konflik)
7.      Mampu melakukan penghapusan peran diri secara sadar dan terencana
8.      Mampu memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang muncul dan berkembang.

Sifat Pendamping Yang Baik
1.      Kesetaraan
Menganggap peserta setara, artinya menghormati keadaan dan pendapat mereka.
2.      Kerendahan Hati
Tidak bersikap terlalu sombong, misalnya sengaja memberitahu kepada peserta betapa tingginya tingkat pendidikan yang dimiliki, betapa banyak pengalaman dan sebagainya.
3.      Mampu dan Jujur
Seorang fasilitator harus layak untuk dipercaya. Selain mau belajar agar cukup menguasai materi bahasan, Fasilitaor harus memberi kesan bahwa dia cukup jujur artinya tidak membesar-besarkan masalah atau membual mengenai sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.
4.      Percaya Diri
Rasa percaya diri fasilitator dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat sehingga mereka akan lebih mudah tertarik terhadap informasi yang diberikan. Karena minat dan upayanya dalam mempelajari materi bahasan sebelum melakukan fasilitasi dan melakukan pengakraban dengan masyarakat biasanya kepercayaan diri akan terbina dengan sendirinya.
5.      Terbuka
Bagaimanapun suatu persiapan dilakukan acapkali fasilitator tidak mampu mengembangkan jawaban terhadap suatu pertanyaan. Dalam keadaan ini fasilitator harus mau mengakui ketidaktahuannya dan mengucapkan penciran jawaban dari orang lain atau dari masyarakat. Dalam hal ini fasilitator harus maubelajar dari masyarakat. Bila tidak berhasil disarankan untuk bersama-sama mencari tahu kepada pihak-pihak yang lebih tepat.
6.      Sabar
Proses Komunikasi memang memerlukan waktu, perenungan tanggapan dan pengakraban suasana. Keadaan menunggu ini harus disadari sebagai bagian dari proses. Fasilitator harus sabar dalam mengikuti proses yang terjadi, karena perubahan yang diinginkan tidak akan terjadi dengan begitu saja tetapi memerlukan waktu yang panjang.
7.      Luwes dan Tanggap
Meskipun perencanaan sudah dianggap baik. Fasilitator harus bisa melihat perubahan-perubahan yang terjadi selama proses berlangsung yang barangkali memerlukan Strategi-strategi dan kegiatan baru sesuai dengan situasi. Untuk itu fasilitator tidak boleh kaku dengan perencanaan yang sudah dibuat.
8.      Bisa Menyesuaikan Diri
Perbedaan pendapat sehari-hari, budaya setempat dan sejumlah perbedaan cara hidup harus dihadapi oleh fasilitator dengan wajar dan berupaya melakukan penyesuaian dengan cepat, karena dalam keadaan itu pesertalah yang menjadi “pemilik” kegiatan dan pelaku utama.
9.      Empati
Fasilitator harus mempunyai rasa empati terhadap masyarakat. Empati adalah melihat dan merasakan sesuatu seperti yang dirasakan oleh masyarakat kelompok sasaran.
10.  Ramah
Fasilitator tidak boleh membeda-bedakan perhatiannya terhadap setiap warga masyarakat. Semua warga diperlakukan sama, tidak ada yang lebih istimewa dari yang lainnya.
11.  Menghargai
Fasilitator harus bisa menghilangkan jarak social antara dia dengan Masyarakat, sehingga bisa mengerti keadaan dan menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masyarakat kelompok sasaran.