Rabu, 29 Desember 2010

HAL-HAL YANG MEMBUAT PENDAMPING MASYARAKAT GAGAL


HAL-HAL YANG MEMBUAT PENDAMPING MASYARAKAT GAGAL

  1. Menganggap dirinya pandai dalam semua bidang. Hal ini bisa terjadi karena ia selalu berhubungan dengan masyarakat serta banyak Masalah Sosial yang pernah dan sedang ditangani, sehingga membuat ia menjadi seolah-olah orang yang serba tahu.
  2. Memakai metode instruksi dari atas dan melupakan dialog. Karena fungsinya adalah sebagai penghubung yang “dipercaya” oleh kedua belah pihak, maka sifat keangkuhan sebagai orang yang dipanuti akan dapat melekat di dalam dirinya.
  3. Memberi ceramah yang bersifat terlalu umum (“omong kosong”), sifat ini akan muncul bila ia menganggap remeh pengetahuan yang ada di Masyarakat.
  4. Mengharapkan dirinya diterima oleh masyarakat selalu dengan antusias. Hal ini dapat terjadi karena seringnya dia berhubungan dengan masyarakat dan selama ini menganggap dirinya sudah diterima dengan baik oleh anggota masyarakat.
  5. Mudah kecewa secara tidak sadar, karena tidak memahami bahwa perubahan struktur itu memakan waktu yang lama.
  6. Menjanjikan sesuatu yang tidak realistis, dianggap bahwa masyarakat akan tidak mengingat apa yang diucapkannya. Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah banyak mengalami masalahnya sendiri dan masalah tersebut bisa ditanganinya.
  7. Tidak menepati janji. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya ia memberikan janji-janji kepada masyarakat, dan dianggap masyarakat tergantung pada dirinya.
  8. Berpihak kepada satu pihak. Biasanya ini terjadi pertentangan peran yang ada pada dirinya mengenai salah satu pihak, atau salah satu pihak mempunyai ikatan keluarga dengan dirinya.
  9. Terlalu menyesuaikan diri dengan Kondisi Sosial, dan kebiasaan atau kebudayaan masyarakat yang menjadi Dampingannya (going native). Hal ini dapat terjadi karena terlalu dalamnya ia terjun di masyarakat dan sudah merasa sebagai anggota masyarakat atau anggota salah satu komuniti tertentu di masyarakat.
  10. Terus menerus hanya memperhatikan satu masalah, tidak memperhatikan masalah lain dalam konteks holistik. Ini bisa terjadi karena masalah kesukaan atau tantangan yang dianggap sangat menarik hatinya, sehingga perlu adanya fokus yang lebih terhadap suatu masalah saja.
  11. Hanya menggalang informasi dari tokoh masyarakat/adat, tetapi tidak pernah menggalang informasi pada rakyat kecil (warga miskin). Ia menganggap bahwa tokoh masyarakat merupakan panutan dari seluruh anggota masyarakat. Padahal tokoh masyarakat adalah orang yang tahu banyak tentang kondisi sosial, tetapi tidak tahu banyak tentang kondisi masalah per individu.
  12. Memegang sendiri Pengelolaan Program, sehingga masyarakat tidak mendapatkan kesempatan dan selalu tergantung. Hal ini dapat terjadi karena ia menganggap bahwa dirinya sebagai panutan dan sebagai penghubung antara Lembaga dan Masyarakat.

Tidak ada komentar: