Kamis, 30 Desember 2010

teknik pendampingan


teknik pendampingan

A.      MENGEMBANGKAN Komunikasi interpersonal
·          Membina Komunikasi yang akrab (kader dengan keluarganya, ibu-ibu/perempuan di desa, Kades,  dll.)
·          Materi pembicaraan tidak harus hal-hal yang menyangkut pekerjaan saja, tetapi
·          Gunakan humor (untuk mencairkan suasana, ketegangan, ataupun menciptakan keakraban). Humor yang baik tidak menyinggung masalah kekurangan fisik, Tidak Bersifat Etnosentrik (mengagung-agungkan kehebatan suku tertentu, ataupun sebaliknya merendahkan atau memberi lebel/stereotipe suku tertentu). Hindari juga humor yang bernada pelecehan gender. 
·          Gunakan bahasa yang dipahami (kalau perlu bahasa daerah). Jika anda orang dari luar daerah tersebut dan belum bisa berbahasa daerah, jangan berpura-pura bisa berbahasa daerah, lebih baik apa adanya dan perlahan-lahan lakukan upaya belajar bahasa daerah tersebut. Penduduk desa pasti akan suka dengan usaha anda dan akan membantu menjadi “guru bahasa” bagi anda. Jika anda tidak tahu arti ungkapan penduduk desa, tanyakan dengan jujur apa sebetulnya makna dari ungkapan tersebut dan dijamin mereka akan menerjemahkannya untuk anda.
·          Kenali karakter, kebiasaan, hobi, dan pribadi dari anggota kelompok (temukan tipenya: penggerak/dinamo, rajin/malas, provokator, dll).

B.      Diskusi Kelompok Terarah (Focus group discussion/FGD)
·          Tentukan satu tema atau isu menarik dan penting yang anda temukan di lapangan.
·          Set waktu yang tepat untuk melakukan FGD dengan mengacu pada agenda kegiatan masyarakat/masing-masing kelompok yang akan anda undang dalam pertemuan.
·          FGD ini dapat dilakukan dengan kelompok ibu-ibu/perempuan di desa, kelompok pemuda, para tokoh masyarakat, para petani/kelompok tani, dan warga masyarakat lainnya.
·          FGD dengan masyarakat desa sebaiknya bersifat informal, tidak harus dalam bentuk rapat pertemuan resmi karena dijamin akan tidak banyak yang datang.
·          Manfaatkan ruang, waktu, media yang ada. Pada masyarakat tertentu, ada kebiasaan menghabiskan waktu istirahat siang di kedai-kedai kopi, atau di balai-balai depan rumah salah satu penduduk. Anda bisa “nongkrong” di sana dan mencoba mendengarkan apa topik pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan. Anda bisa masuk pada topik pembicaraan yang membahas tentang kesulitan atau masalah yang sedang dibahas. Misalnya ketika anda duduk bersama para petani yang sedang istirahat di “saung” (gubuk kecil di dekat sawah tempat petani istirahat), ada pembicaraan tentang kesulitan air untuk mengairi ladang mereka karena musim kemarau yang berkepanjangan. Anda dapat “masuk” ke pembahasan dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing keluarnya problema yang ada dan kebutuhan akan solusi terhadap masalah tersebut. Anda juga bisa duduk bersama ibu-ibu/perempuan di desa pada saat mereka berkumpul (mungkin pengajian, sehabis kebaktian di gereja, atau di tempat biasa mereka duduk-duduk ngobrol santai). Biasanya, diskusi yang dilakukan santai lebih menampilkan fakta dan masalah yang sebenarnya.
·          Lakukan FGD secara bertingkat dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengan tema tertentu yang telah anda seleksi merupakan masalah utama yang muncul di desa dan berdampak pada kehidupan masyarakat, terutama golongan miskin di desa.
·          Ajak juga Kepala desa, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh agama dan orang-orang yang berpengaruh di desa/kecamatan untuk membahas masalah tersebut.
·          Setelah data anda cukup, ajukan satu usulan pertemuan mengundang perwakilan sebanyak mungkin masyarakat untuk menganalisa bersama temuan masalah yang ada kumpulkan dari berbagai pihak.
·          Pada awal pertemuan, jelaskan tujuan anda mengundang perwakilan masyarakat dan manfaat dari pertemuan bagi mereka. Untuk itu, lakukan “sentuhan emosi” yang tepat dengan mengangkat nilai-nilai solidaritas di antara masyarakat, rasa kepedulian sesama warga desa,
·          Kuaklah kebesaran hati dan keluhuran budi dari “kelompok berpunya” (golongan pemilik modal/kaya, intelektual/berpendidikan, berpekerjaan) di desa kepada yang “tidak berpunya” (golongan miskin, tidak punya akses modal, tidak berpendidikan) dalam bentuk ajakan membantu, menyumbangkan tenaga, fasilitas, pikiran, sarana dan prasarana yang dapat mendukung solusi atas kesulitan/masalah yang dihadapi masyarakat miskin di desa
·          Tempatkan Kades, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dll sesuai yang dipandang dalam masyarakat sesuai posisinya di masyarakat. Beri porsi mereka sebagai “pemimpin”, pengorganisir, dan pemberi nasehat serta pembina. Biarkan mereka yang memoderatori diskusi, memimpin dalam mencari solusi bersama masyarakat. Tetapi, sebelum pertemuan anda perlu bicara terlebih dahulu dengan mereka tentang peran, materi, dan tujuan yang perlu dicapai dalam pertemuan FGD dengan masyarakat. Dan ingat, hati-hati agar anda tidak lepaskan kendali begitu saja, jangan sampai FGD malah menjadi ajang ceramah berkepanjangan dari Kepala Desa atau tokoh masyarakat tertentu (apalagi sebagai ajang kampanye)!

Tidak ada komentar: