Istilah kepribadian digunakan disini untuk mencakup segala sesuatu mengenai individu teoritikus biasanya mendaftar konsepkonsep yang dianggap sangat penting untuk menggambarkan individu serta mengemukakan bahwa kepribadian terdiri dari konsep-konsep ini. Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu.
Akhirnya sejumlah teoritikus berpendapat bahwa kepribadian merupakan hakikat keadaan manusiawi. Pandangan Allport bahwa "kepribadian merupakan apa orang itu sesungguhnya" adalah contoh tipe definisi ini. Implikasinya adalah bahwa dalam analisis terakhir kepribadian meliputi apa yang paling khas dan paling karakteristik dalam diri orang tersebut.
Dengan ini kami hanya ingin mengatakan bahwa cara individuindividu tertentu akan mendefinisikan kepribadian sepenuhnya tergantung pada preferensi teoritisnya yang khusus. Jadi, apabila suatu teori menaruh tekanan berat pada keunikan dan kualitas-kualitas terorganisasi dan terpadu dalam tingkah laku, wajar bahwa definisi kepribadiannya akan mencakup keunikan dan organisasi sebagai atribut-atribut penting kepribadian Sebagaimana setiap orang tahu apa itu kepribadian, demikian juga setiap orang tahu apa itu teori.
Pengertian yang paling umum ialah bahwa teori berlawanan dengan fakta. Teori adalah hipotesa yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti. Menurut pandangan kami, teori-teori tidak pernah benar atau salah meskipun implikasi-implikasi atau derivasi-derivasinya bisa benar atau salah. Teori yang berguna akan memberikan petunjukpetunjuk yang ekpslisit mengenai macam-macam data yang harus dikumpulkan tentang suatu masalah tertentu. Dan lebih tua dari sejarah psikologi adalah pernyataan tentang apakah tingkah laku manusia harus dipandang memiliki kualitaskualitas bertujuan (purposive) atau teleologis. Sejumlah teori tentang tingkah laku menciptakan suatu model tentang individu.
Kepribadian didefinisikan berdasarkan konsep-konsep khusus yang terkandung dalam teoriter tentu yang dianggap memadai untuk mendeskripsikan atau memahami tingkah laku manusia secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakat bahwa suatu teori terdiri segugusan asumsi yang saling berhubungan tentang gejala-gejala empiris tertentu, dan definisi-definisi empiris yang memungkinkan si pemakai beranjak dari teori abstrak ke observasi empiris. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa teori kepribadian harus merupakan segugusan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta definisi-definisi empirisnya. Syarat berikut ialah bahwa teori harus relative komprehensif. Teori harus siap untuk menangani, atau membuat prediksi-prediksi tentang berbagai macam tingkah laku manusia. Sesungguhnya, teori harus siap untuk menangani setiap gejala tingkah laku yang memiliki arti bagi individu
Dalam bahasa latin ethos itu disebut mores dari kata inilah moral berasal, yang dalam bahasa Indonesia disejajarkan dengan susila atau kesusilaan. Yang dimaksud dengan moral ialah, norma-norma yang sesuai dengan konsep-konsep yang umum diterima tentang laku perbuatan manusia, mana yang baik dan wajar. Dari pengertian dipahami bahwa moral adalah perilaku perbuatan yang diukur dari ukuran-ukuran perbuatan yang diterima oleh lingkungan pergaulan hidup.
Moralitas memiliki tiga komponen, yaitu komponen afektif, kognitif, dan perilaku. Komponen afektif atau emosional terdiri dari berbagai jenis perasaan (seperti perasaan bersalah atau malu, perhatian terhadap perasaan orang lain dan sebagainya). Yang meliputi tindakan benar dan salah yang memotivasi pemikiran dan tindakan moral.
Komponen kognitif merupakan pusat dimana seseorang melakukan konseptuaslisasi benar dan salah dan membuat keputusan tentang bagaimana seseorang berperilaku. Komponen perilaku mencerminkan bagaimana seseorang sesungguhnya berperilaku ketika mengalami godaan untuk berbohong, curang, atau melanggar aturan moral lainnya.
Moral terkait dengan kesadaran tentang yang benar atau salah. Kesadaran ini sudah ada pada hati nurani manusia. Bawaan aslinya memang manusia cenderung pada kebenaran, kebaikan, dan keindahan, yang dalam terminologi Islam disebut kondisi fitrah. Namun, faktor lingkungan dan nafsu manusia sendiri membuat kesadaran ini tertekan atau tertutup sehingga tidak lagi sensitif dan merespons kebenaran.
Menggunakan kesadaran moral berarti mempraktikkan kebaikan (virtues). berbeda dengan moralitas konvensional yang sering anti dengan premis ini, justru kebaikan sesungguhnya tidak saja selaras dengan sukses bisnis, tetapi juga memperkayanya.
Secara tradisional psikologi menghindari mempelajari sesatu yang memiliki penilaian baik atau buruk (value judgements). Ada tingkat kesulitan tertentu untuk menghindari bisa ketika berbicara dalam istilah ‘baik’ atau ‘buruk’. Itulah sebabnya aspek kehidupan yang penting, yaitu moralitas harus menunggu lama sebelum ada psikolog yang berani menelitinya. Namun pada saat ini psikologi telah meneliti berbagai proses mendasar dari perkembangan moral, bagaimana orang menilai baik atau buruk apakah terdapat tahapan dalam perkembangan moral, faktor faktor apa yang mempengaruhi perkembangan moral, dan lain-lain. Berbagai pertanyaan terus muncul dalam memahami perkembangan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar